Selasa, 20 Maret 2018


DAMPAK KEBERADAAN KAWASAN PARIWISATA KONSERVASI HUTAN
MANGROVE TONGKE – TONGKE SINJAI BAGI KEBERADAAN PENDUDUK DAN LINGKUNGAN SEKITAR
Oleh : Sandra Alma Rosita (08161074)
            Hutan Mangrove merupakan salah satu dari kekayaan sumberdaya alam di Indonesia dan harus dikelola dengan baik. Hutan mangrove juga merupakan suatu ekosistem yang mempunyai peranan penting yang ditinjau dari sisi ekologis maupun aspek sosial ekonomi. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang ditumbuhi dengan pohon bakau (mangrove) yang khas dan terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove mempunyai fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu perairan. Sebagai suatu ekosistem dan sumberdaya alam, pemanfaatan mangrove diarahkan untuk kesejahteraan manusia dan untuk mewujudkan pemanfaatannya agar dapat berkelanjutan, maka ekosistem mangrove perlu dikelola dan dijaga keberadaannya.
            Menurut Biro Humas Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Indonesia mempunyai luas hutan mangrove sebesar 3.489.140,68 Ha pada tahun 2016. Dari luas tersebut, diketahui bahwa seluas 1.671.160,65 Ha dalam kondisi baik, sedangkan areal sisnya seluas 1.817.999,93 Ha dalam kondisi rusak. Kondisi dilapangan memperlihatkan bahwa mangrove saat ini tengah menghadapi tantangan utama berupa alih fungsi lahan untuk berbagai kepentingan seperti tambak, pemukiman, perkebunan, industry dan infrastruktur pantai atau pelabuhan yang seringkali mengorbankan keberadaan mangrove. Kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan mangrove masih kurang dan adanya limbah rumah tangga dan tumpahan minyak yang dapat memperburuk keberadaan ekosistem mangrove.      
 Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya yang sangat penting. Fungsi ekologi hutan mangrove meliputi tempat sekuestrasi karbon, remediasi bahan pencemar, menjaga stabilitas pantai dari abrasi, intrusi air laut, dan gelombang badai, menjaga kealamian habitat, menjadi tempat bersarang, pemijahan dan pembesaran berbagai jenis ikan, udang, kerang, burung dan fauna lain, serta pembentuk daratan. Fungsi sosial-ekonomi hutan mangrove meliputi kayu bangunan, kayu bakar, kayu lapis, bagan penangkap ikan, dermaga, kayu untuk mebel dan kerajinan tangan, atap huma, bahan obat, gula, alkohol, asam asetat, protein hewani, madu, karbohidrat, dan bahan pewarna, serta memiliki fungsi sosial-budaya sebagai areal konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas budaya.
Pelestarian merupakan kegiatan/upaya, termasuk didalamnya pemulihan dan penciptaan habitat dengan mengubah sistem yang rusak menjadi yang lebih stabil. Pemulihan merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu ekositem atau memperbaharuinya untuk kembali pada fungsi alamiahnya. Namun demikian, pelestarian mangrove sering diartikan secara sederhana, yaitu menanam mangrove atau membenihkan mangrove lalu menanamnya tanpa adanya penilaian yang memadai dan evaluasi terhadap keberhasilan penanaman dan level ekosistem (Sunito,2012).
Kawasan Konservasi Hutan Mangrove Tongke – Tongke berada di Desa Tongke – Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sijnai, Sulawesi Selatan. Kawasan konservasi ini memiliki luas ± 17 hektar serta memiliki keragaman flora dan fauna yang terdapat di kawasan hutan mangrove tersebut. Kawasan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat mencari sumber kehidupan dan tempat pariwisata. Selain sebagai kawasan konservasi yang bertujuan untuk menjaga dan melestarikan ekosistem mangrove sendiri, hutan mangrove Tongke – Tongke ini juga merupakan kawasan perlindungan bagi flora dan fauna didalamnya. Beragam jenis vegetasi tumbuh di kawasan hutan mangrove ini seperti jenis – jenis bakau (Ryzhopora mucnorata sp), Avicenia sp, dan Nipa Fructians, dan juga terdapat jenis – jenis fauna yang berada di dalamnya seperti serangga, ular pohon, kelelawar, burung bangau, burung belibis dan fauna lautan seperti tiram, ikan, kepiting bakau dan udang.
Kawasan konservasi hutan mangrove Tongke – Tongke ini juga dijasikan sebagai kawasan pariwisata bagi masyarakat Kota Sinjai. Hal ini dikarenakan pada kawasan ini memiliki banyak titik – titik menarik serta menawarkan keindahan dari hutan mangrove tersebut. Untuk menambah daya Tarik wisata, pada kawasan ini juga disediakan jembatan kokoh yang terbuat dari kayu ulin dan membentuk lorong – lorong panjang yang saling terhubung satu sama lain. Meskipun telah dimanfaatkan dengan baik serta mempertahankan nilai ekologinya, hutan mangrove Tongke – Tongke Sinjai ini nyatanya tidak terlepas dari masalah lainnya. Masalah – masalah tersebut diakibatkan oleh ulah manusia. Berkurangnya minat dan partisipasi masyarakat dalam mengelola mangrove tersebut mengakibatkan kawasan tersebut akhirnya menjadi tidak terawat. Jembatan dari ulin yang menjadi fasilitas untuk berjalan sudah tidak terawat lagi bahkan beberapa bagian jembatan ada yang lepas dan goyang sehingga tidak dapat digunakan kembali. Bahkan dari sumber berita yang di dapat, banyak pedagang yang menggelar jualannya di pusat informasi mangrove yang menyebabkan pengunjung yang ingin membaca informasi tetang hutan mangrove Tongke – Tongke dan mengabadikan gambar di tempat ini terhalang oleh barang dagangan dan meja serta kursi milik pedagang.
            Perlu adanya upaya dari pemerintah dalam menangai permasalahan pada Hutan Mangrove Tongke – Tongke yang berada di Sinjai yang dapat berupa tindakan – tindakan yang tegas agar mangrove tersebut dapat terjaga. Pertama yaitu penanaman mangrove dimana cara ini mencangkup penentuan lokasi penanaman, pemilihan jenis pada setiap tapak, persiapan lahan dan cara penanaman. Kedua yaitu konservasi hutan mangrove, dari tindakan ini pemerintah berharap agar tidak adanya lagi penebangan hutan mangrove karena pelestariannya yang kita harus jaga. Dengan melakukan konservasi hutan mangrove ekosistem lingkungan mangrove akan terjaga kelestariannya serta dengan banyaknya dampak postif yang dirasakan oleh masyarakat itu sendiri dalam penyangga kehidupan mereka. Selanjutnya adalah rehabilitasi hutan mangrove dimana rehabilitasi ini melalui penanaman kembali ekosistem mangrove yang telah rusak. Dengan menanam tumbuhan mangrove diharapkan agar dapa mencegah abrasi  pantai oleh gelombang pasang yang menjangkau dan merusak rumah mereka. (Raman dkk, 2015)

Gambar 1 kondisi eksisting tampak atas Hutan Mangrove Tongke – Tongke Sijai
Sumber : makassar.tribunnews.com


Gambar 2 kondisi eksisting Hutan Mangrove Tongke – Tongke Sijai
Sumber : mongabay.co.id



Gambar 3 kondisi eksisting Hutan Mangrove Tongke – Tongke Sijai yang digunakan untuk berdagang bagi masyarakat sekitar
Sumber : sijai.info


Gambar 4 kondisi eksisting Hutan Mangrove Tongke – Tongke Sijai yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah
Sumber : mongabay.co.id


DAFTAR PUSTAKA
Admin . “Pengunjung Mulai Tak Nyaman Berkunjung ke Mangrove Tongke – Tongke” . 9 Januari 2017
Candra, Wahyu . “Redupnya Pesona Mangrove Tongke – Tongke”. 28 Februari 2015
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai . “Hutan Mangrove Tongke – Tongke Sinjai Sulawesi Selatan” . 29 Mei 2017
Firmansyah . “Pengembangan Obyek Wisata Mangrove Tongke – Tongke” . 26 September 2016
Raman, Ihyani Malik, Hamrun . “Kemitraan Pemerintah Daerah dengan Kelompok Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Desa Tongke – Tongke Kabupaten Sinjai” . 2 Oktober 2015