DAMPAK
KEBERADAAN KAWASAN PARIWISATA KONSERVASI HUTAN
MANGROVE
TONGKE – TONGKE SINJAI BAGI KEBERADAAN PENDUDUK DAN LINGKUNGAN SEKITAR
Oleh : Sandra Alma Rosita
(08161074)
Hutan Mangrove
merupakan salah satu dari kekayaan sumberdaya alam di Indonesia dan harus
dikelola dengan baik. Hutan mangrove juga merupakan suatu ekosistem yang
mempunyai peranan penting yang ditinjau dari sisi ekologis maupun aspek sosial
ekonomi. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang ditumbuhi dengan pohon bakau
(mangrove) yang khas dan terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove mempunyai fungsi ganda
dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan
siklus biologi di suatu perairan. Sebagai suatu ekosistem dan sumberdaya alam,
pemanfaatan mangrove diarahkan untuk kesejahteraan manusia dan untuk mewujudkan
pemanfaatannya agar dapat berkelanjutan, maka ekosistem mangrove perlu dikelola
dan dijaga keberadaannya.
Menurut
Biro Humas Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Indonesia
mempunyai luas hutan mangrove sebesar 3.489.140,68 Ha pada tahun 2016. Dari
luas tersebut, diketahui bahwa seluas 1.671.160,65 Ha dalam kondisi baik,
sedangkan areal sisnya seluas 1.817.999,93 Ha dalam kondisi rusak. Kondisi
dilapangan memperlihatkan bahwa mangrove saat ini tengah menghadapi tantangan
utama berupa alih fungsi lahan untuk berbagai kepentingan seperti tambak,
pemukiman, perkebunan, industry dan infrastruktur pantai atau pelabuhan yang
seringkali mengorbankan keberadaan mangrove. Kesadaran masyarakat akan
pentingnya hutan mangrove masih kurang dan adanya limbah rumah tangga dan
tumpahan minyak yang dapat memperburuk keberadaan ekosistem mangrove.
Ekosistem ini memiliki peranan ekologi,
sosial-ekonomi, dan sosial-budaya yang sangat penting. Fungsi ekologi hutan
mangrove meliputi tempat sekuestrasi karbon, remediasi bahan pencemar, menjaga
stabilitas pantai dari abrasi, intrusi air laut, dan gelombang badai, menjaga
kealamian habitat, menjadi tempat bersarang, pemijahan dan pembesaran berbagai
jenis ikan, udang, kerang, burung dan fauna lain, serta pembentuk daratan.
Fungsi sosial-ekonomi hutan mangrove meliputi kayu bangunan, kayu bakar, kayu
lapis, bagan penangkap ikan, dermaga, kayu untuk mebel dan kerajinan tangan,
atap huma, bahan obat, gula, alkohol, asam asetat, protein hewani, madu, karbohidrat,
dan bahan pewarna, serta memiliki fungsi sosial-budaya sebagai areal
konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas budaya.
Pelestarian merupakan
kegiatan/upaya, termasuk didalamnya pemulihan dan penciptaan habitat dengan
mengubah sistem yang rusak menjadi yang lebih stabil. Pemulihan merupakan suatu
kegiatan untuk menciptakan suatu ekositem atau memperbaharuinya untuk kembali
pada fungsi alamiahnya. Namun demikian, pelestarian mangrove sering diartikan
secara sederhana, yaitu menanam mangrove atau membenihkan mangrove lalu
menanamnya tanpa adanya penilaian yang memadai dan evaluasi terhadap
keberhasilan penanaman dan level ekosistem (Sunito,2012).
Kawasan Konservasi
Hutan Mangrove Tongke – Tongke berada di Desa Tongke – Tongke, Kecamatan Sinjai
Timur, Kabupaten Sijnai, Sulawesi Selatan. Kawasan konservasi ini memiliki luas
± 17 hektar serta memiliki keragaman flora dan fauna yang terdapat di kawasan
hutan mangrove tersebut. Kawasan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai tempat mencari sumber kehidupan dan tempat pariwisata. Selain sebagai
kawasan konservasi yang bertujuan untuk menjaga dan melestarikan ekosistem
mangrove sendiri, hutan mangrove Tongke – Tongke ini juga merupakan kawasan
perlindungan bagi flora dan fauna didalamnya. Beragam jenis vegetasi tumbuh di
kawasan hutan mangrove ini seperti jenis – jenis bakau (Ryzhopora mucnorata sp), Avicenia
sp, dan Nipa Fructians, dan juga
terdapat jenis – jenis fauna yang berada di dalamnya seperti serangga, ular
pohon, kelelawar, burung bangau, burung belibis dan fauna lautan seperti tiram,
ikan, kepiting bakau dan udang.
Kawasan konservasi
hutan mangrove Tongke – Tongke ini juga dijasikan sebagai kawasan pariwisata
bagi masyarakat Kota Sinjai. Hal ini dikarenakan pada kawasan ini memiliki
banyak titik – titik menarik serta menawarkan keindahan dari hutan mangrove
tersebut. Untuk menambah daya Tarik wisata, pada kawasan ini juga disediakan
jembatan kokoh yang terbuat dari kayu ulin dan membentuk lorong – lorong
panjang yang saling terhubung satu sama lain. Meskipun telah dimanfaatkan
dengan baik serta mempertahankan nilai ekologinya, hutan mangrove Tongke –
Tongke Sinjai ini nyatanya tidak terlepas dari masalah lainnya. Masalah –
masalah tersebut diakibatkan oleh ulah manusia. Berkurangnya minat dan
partisipasi masyarakat dalam mengelola mangrove tersebut mengakibatkan kawasan
tersebut akhirnya menjadi tidak terawat. Jembatan dari ulin yang menjadi
fasilitas untuk berjalan sudah tidak terawat lagi bahkan beberapa bagian
jembatan ada yang lepas dan goyang sehingga tidak dapat digunakan kembali.
Bahkan dari sumber berita yang di dapat, banyak pedagang yang menggelar
jualannya di pusat informasi mangrove yang menyebabkan pengunjung yang ingin
membaca informasi tetang hutan mangrove Tongke – Tongke dan mengabadikan gambar
di tempat ini terhalang oleh barang dagangan dan meja serta kursi milik
pedagang.
Perlu
adanya upaya dari pemerintah dalam menangai permasalahan pada Hutan Mangrove
Tongke – Tongke yang berada di Sinjai yang dapat berupa tindakan – tindakan
yang tegas agar mangrove tersebut dapat terjaga. Pertama yaitu penanaman
mangrove dimana cara ini mencangkup penentuan lokasi penanaman, pemilihan jenis
pada setiap tapak, persiapan lahan dan cara penanaman. Kedua yaitu konservasi
hutan mangrove, dari tindakan ini pemerintah berharap agar tidak adanya lagi
penebangan hutan mangrove karena pelestariannya yang kita harus jaga. Dengan
melakukan konservasi hutan mangrove ekosistem lingkungan mangrove akan terjaga
kelestariannya serta dengan banyaknya dampak postif yang dirasakan oleh
masyarakat itu sendiri dalam penyangga kehidupan mereka. Selanjutnya adalah
rehabilitasi hutan mangrove dimana rehabilitasi ini melalui penanaman kembali
ekosistem mangrove yang telah rusak. Dengan menanam tumbuhan mangrove
diharapkan agar dapa mencegah abrasi
pantai oleh gelombang pasang yang menjangkau dan merusak rumah mereka.
(Raman dkk, 2015)
Gambar
1 kondisi eksisting tampak atas Hutan Mangrove Tongke – Tongke Sijai
Sumber
: makassar.tribunnews.com
Gambar
2 kondisi eksisting Hutan Mangrove Tongke – Tongke Sijai
Sumber
: mongabay.co.id
Gambar
3 kondisi eksisting Hutan Mangrove Tongke – Tongke Sijai yang digunakan untuk
berdagang bagi masyarakat sekitar
Sumber
: sijai.info
Gambar
4 kondisi eksisting Hutan Mangrove Tongke – Tongke Sijai yang kurang
mendapatkan perhatian dari pemerintah
Sumber
: mongabay.co.id
DAFTAR
PUSTAKA
Admin . “Pengunjung Mulai Tak Nyaman
Berkunjung ke Mangrove Tongke – Tongke” . 9 Januari 2017
Candra, Wahyu . “Redupnya Pesona
Mangrove Tongke – Tongke”. 28 Februari 2015
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Sinjai . “Hutan Mangrove Tongke – Tongke Sinjai Sulawesi Selatan” .
29 Mei 2017
Firmansyah . “Pengembangan Obyek Wisata
Mangrove Tongke – Tongke” . 26 September 2016
Raman, Ihyani Malik, Hamrun . “Kemitraan
Pemerintah Daerah dengan Kelompok Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove
di Desa Tongke – Tongke Kabupaten Sinjai” . 2 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar